Kamis, 22 Januari 2015

Saran Dokter, Konseling ASI Sudah Harus Dimulai Sejak Hamil

Jakarta, Kegagalan ASI Eksklusif banyak disebabkan oleh kurangnya informasi dan pengetahuan di kalangan para ibu. Akibatnya, banyak yang panik saat ASI tidak keluar di hari-hari pertamanya menjadi ibu dan langsung beralih ke susu formula.

"Padahal, ASI tidak lancar sampai 2-3 hari pertama itu normal. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," kata dr Melanie Yudiana Iskandar, SpA dari RS Bunda, ditemui dalam Perayaan 30 Tahun Philips Avent di Plaza Bapindo Jakarta Selatan, Jumat (17/10/2014).

Kepanikan saat ASI tidak lancar, atau bahkan tidak keluar, kadang muncul karena bayi menangis. Biasanya, para ibu yang panik akan segera menyimpulkan bahwa si bayi sedang lapar. Karena ASI tidak lancar, pilihannya lantas jatuh ke susu formula.

Padahal menurut dr Melanie, bayi menangis bisa disebabkan oleh banyak hal. Tidak selalu karena lapar, bisa saja karena hal lain terutama popok yang lembab atau basah. Bisa juga, bayi menangis sekadar karena ingin digendong.

Agar para ibu tidak mudah panik menghadapi situasi seperti itu, dr Melanie menekankankan pentingnya konseling laktasi atau menyusui. Bahkan, konseling perlu dimulai jauh-jauh hari sebelum si bayi lahir.

"Hamil 6 bulan sebaiknya sudah mulai ada konseling laktasi," saran dr Melanie.

Keberhasilan ASI Eksklusif di Indonesia terbilang masih rendah. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, tingkat pemberian ASI Eksklusif baru mencapai 38 persen. Kurangnya fasilitas di tempat kerja menjadi salah satu kendala dalam menyukseskan ASI Eksklusif di kalangan ibu bekerja atau working mom.
(up/vta)
Sumber: Detikhealth.com

,

Ketika Karang Gigi Tak Kunjung Dibersihkan, Ini yang Terjadi

Jakarta, Merawat dan membersihkan gigi secara rutin memang merupakan hal yang sangat penting, namun masih sering disepelekan. Salah satunya adalah membersihkan karang gigi. Karang gigi yang tak rutin dibersihkan selain membuat penampilan gigi menjadi tak indah, juga bisa menimbulkan masalah lainnya. 

Karang gigi bisa menjadi salah satu penyebab dari beberapa penyakit rongga mulut seperti radang gusi (gingivitis) dan bau mulut (halitosis). Jika Anda memiliki pH air liur yang tinggi yaitu di atas 7 atau bersifat basa, maka Anda perlu menjaga kebersihan gigi lebih ketat. Sebab dengan kondisi tersebut Anda menjadi lebih mudah mengalami karang gigi. Bagaimana karang gigi terbentuk?

Awalnya dimulai dengan pembentukan plak, yaitu sisa makanan yang menempel di permukaan gigi. Plak yang semakin menumpuk jika tidak dibersihkan akan bercampur dengan timbunan kalsium, yang bersumber dari air ludah dan cairan gusi. Semua ini pada akhirnya akan mengeras sehingga menjadi karang. 

Salah satu efek yang ditimbulkan oleh karang gigi adalah radang gusi dan bau mulut. Sebab plak atau sisa makanan yang menumpuk akibat kurang menjaga kebersihan gigi akan membusuk, sehingga bakteri kemudian akan berkembang biak pada area tersebut.

Cara terbaik mengatasi radang gusi adalah dengan menghilangkan faktor penyebabnya, dalam hal ini si karang gigi tersebut. Perlu Anda ingat, karang gigi tidak dapat hilang begitu saja hanya dengan menggosok gigi atau berkumur. Karang gigi hanya dapat dihilangkan dengan alat khusus dan bisa dilakukan hanya oleh dokter gigi.

Oleh sebab itu, ada baiknya Anda mengunjungi dokter gigi secara rutin. Dokter gigi akan memeriksa apakah di mulut Anda terdapat karang gigi atau karies. Jika memang ada, maka akan dibersihkan dengan cara yang tepat. Setelah itu, berkonsultasilah dengan dokter gigi mengenai frekuensi yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan dan pembersihan karang gigi berikutnya sesuai kondisi kesehatan mulut Anda.

"Saya sangat menyarankan bersihkan karang gigi itu paling tidak 6 bulan sekali, meskipun kadang ada juga yang sebelum 6 bulan sudah datang dan mau membersihkan karang giginya lagi," ujar Prof Dr Lindawati. S Kusdhany, drg., Sp.Pros(K), dokter gigi spesialis prostodonsia yang kini juga aktif sebagai Guru Besar Tetap di Fakultas Kedokteran Gigi UI, kepada detikHealth, Jumat (15/11/2013).(ajg/vit)
 
sumber: health.detik.com
,


PCOS, Penyulit Hamil yang Paling Banyak Dialami Wanita

Jakarta, Ada banyak faktor yang menyulitkan wanita untuk hamil, salah satu yang paling umum adalah Polycystic ovary syndrome (PCOS). Apa itu PCOS?

"Iya (penyulit hamil yang banyak dialami wanita). Saya tidak tahu persentasenya, tapi yang banyak datang ke dokter kandungan biasanya karena PCOS," tutur dr Frizar Irmansyah, SpOG, dokter spesialis kandungan dari RS Pusat Pertamina, saat berbincang dengan detikHealth, Jumat (11/4/2014).

Polycystic ovary syndrome (PCOS) atau sindrom ovarium polikistik merupakan gangguan hormonal yang umum di kalangan wanita usia reproduksi. Wanita dengan PCOS memiliki banyak kista kecil yang terletak di sepanjang tepi luar dari masing-masing ovarium (indung telur). Hal ini menyebabkan tidak adanya ovulasi, sehingga menyulitkan wanita untuk mendapatkan keturunan.

Periode menstruasi yang tidak teratur atau berkepanjangan, pertumbuhan rambut berlebih, jerawat, dan kelebihan berat badan, adalah gejala yang umumnya dialami wanita dengan PCOS.

"Penyebabnya belum jelas banget, tapi pada umumnya karena kegemukan," tambah dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Kegemukan, lanjut dr Frizar, dapat memicu terjadinya resistensi insulin dan menyebabkan tingkat insulin tinggi di dalam tubuh. Insulin yang tinggi akhirnya membuat sel telur tidak dapat berkembang dan gagal mengalami ovulasi, yakni pelepasan sel telur matang atau dikenal dengan masa subur.

Diagnosis dan pengobatan dini pada penderita PCOS dapat mengurangi risiko komplikasi jangka panjang, seperti diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.
 
sumber: health.detik.com